tag:blogger.com,1999:blog-32388204189773499412024-03-13T22:43:17.732-07:00bangunanAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/17150981967737715369noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-3238820418977349941.post-10774296183277670972012-06-15T02:23:00.000-07:002012-06-15T02:23:00.547-07:00cara menghitung b.o.w<ol>
<li> <b>CARA MENGITUNG ADUKAN BETON</b></li>
</ol>
Besarnya volume adukan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
bangunan sebaiknya dihitung telebih dahulu agar dapat memperkirakan
rencana anggaran biaya bangunan yang dibutuhkan serta sebagai pedoman
dalam membeli jumlah <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/material-bangunan" rel="external" target="_parent" title="material">material</a> sesuai dengan kebutuhan.<br />
CARA MENGHITUNG ADUKAN <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/struktur/beton-struktur" rel="external" target="_parent" title="beton">BETON</a> / ADUKAN MORTAR [ <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/metode-kerja" rel="external" target="_parent" title="metode">metode</a> B.O.W ]<br />
Koef bahan berdasar B.O.W :<br />
Semen = 0.76<br />
Pasir = 0.675<br />
Kerikil = 0.52<br />
Artinya dalam 1 m3 kerikil terdiri dari 0.52 m3 kerikil + 0.48 rongga udara<br />
Bj Semen = 1250 Kg<br />
1 zak = 50 kg<br />
<a href="http://www.ilmusipil.com/air-kerja-baja-tulangan-beton-ready-mix/mixer-beton" rel="attachment wp-att-2122"><img alt="mixer beton" class="aligncenter size-full wp-image-2122" height="147" src="http://www.ilmusipil.com/wp-content/uploads/2011/02/mixer-beton.jpg" title="mixer beton" width="195" /></a><br />
=====> 1 m3 adukan beton 1 : 2 : 3 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3<br />
2 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 2 * 0.675 = 1.35 m3<br />
3 m3 kerikir ———————> jadi adukan = 3 * 0.52 = 1.56 m3<br />
==========================================<br />
6 m3 material ———- menghasilkan adukan beton = 3.67 m3<br />
1 m3 adukan beton = 1 : 2 : 3 ===> dibutuhkan bahan…<br />
————————————————————————–<br />
Semen = 1/3.67 * 1 m3 = 0.2725 m3 = 340.5995 kg = 6.812 zak<br />
Pasir = 1/3.67 * 2 m3 = 0.5449 m3<br />
Kerikil = 1/3.67 * 3 m3 = 0.8174 m3<br />
=====> 1 m3 adukan beton 1 : 3 : 5 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3<br />
3 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 3 * 0.675 = 2.025 m3<br />
5 m3 kerikir ———————> jadi adukan = 5 * 0.52 = 2.6 m3<br />
========================================<br />
9 m3 material ———- menghasilkan adukan beton = 5.385 m3<br />
1 m3 adukan beton = 1 : 3 : 5 ===> dibutuhkan bahan…<br />
————————————————————————–<br />
Semen = 1/5.385 * 1 m3 = 0.1857 m3 = 232.1263 kg = 4.6425 zak<br />
Pasir = 1/5.385 * 3 m3 = 0.5571 m3<br />
Kerikil = 1/5.385 * 5 m3 = 0.9285 m3<br />
=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 5 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3<br />
5 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 5 * 0.675 = 3.375 m3<br />
================================================<br />
6 m3 material —— menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 3.375 = 4.135 m3<br />
1 m3 adukan mortar = 1 : 5 ===> dibutuhkan bahan…<br />
———————————————————————–<br />
Semen = 1/4.135 * 1 m3 = 0.2418 m3 = 302.2975 kg = 6.0459 zak<br />
Pasir = 1/4.135 * 5 m3 = 1.2092 m3<br />
<br />
=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 4 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3<br />
4 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 4 * 0.675 = 2.7 m3<br />
================================================<br />
5 m3 material —— menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 2.7 = 3.46 m3<br />
1 m3 adukan mortar = 1 : 4 ===> dibutuhkan bahan…<br />
———————————————————————–<br />
Semen = 1/3.46 * 1 m3 = 0.289 m3 *1250 = 361.27167 kg = 7.2254 zak<br />
Pasir = 1/3.46 * 4 m3 = 1.1561 m3<br />
<br />
=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 3 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3<br />
3 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 3 * 0.675 = 2.025 m3<br />
================================================<br />
4 m3 material —— menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 2.025 = 2.785 m3<br />
1 m3 adukan mortar = 1 : 3 ===> dibutuhkan bahan…<br />
———————————————————————–<br />
Semen = 1/ 2.785 * 1 m3 = 0.289 m3 *1250 = 448.833 kg = 8.9767 zak<br />
Pasir = 1/2.785 * 3 m3 = 1.0772 m3<br />
<br />
<br />
<br />
Pekerjaan bangunan dengan konstruksi <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/struktur/beton-struktur" rel="external" target="_parent" title="beton">beton</a> bertulang membutuhkan <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/material-bangunan" rel="external" target="_parent" title="material">material</a>
pasir dan semen sebagai bahan utama, selain itu pekerjaan pasangan
dinding batu bata juga memerlukan kedua buah material ini. Semen
berfungsi sebagai bahan pengikat pasir sehingga tercipta adukan beton
yang dapat mengeras menjadi batu melekatkan bahan bangunan disekitarnya.
Disini mari kita buat sebuah tutorial sederhana tentang cara menghitung
kebutuhan pasir dan semen semoga bermanfaat bagi yang sedang memikirkan
berapa jumlah material yang harus dibeli dalam melakukan pembangunan <img alt=":-)" class="wp-smiley" src="http://www.ilmusipil.com/wp-includes/images/smilies/icon_smile.gif" /> <br />
<br />
Disini kita buat perhitungan pada salah satu pekerjaan bangunan yang
sering dilaksanakan yaitu pasangan dinding batu bata. Untuk dapat
menghitung kebutuhan pasir dan semen kita perlukan luas pasangan dan
koefisien analisa harga satuan yang cara mencarinya sudah kita bahas
pada artikel sebelumnya, Misalnya kita buat contoh seperti ini<br />
<ul>
<li>Pemasangan dinding batu bata 6 m x 3 m maka luasnya <a href="http://www.ilmusipil.com/" rel="external" target="_parent" title="adalah">adalah</a> 6 x 3 = 18 m2</li>
<li>Analisa harga satuan pekerjaan pasangan batu bata per m2</li>
</ul>
Analisa kebutuhan bahan pada pasangan dinding batu bata dengan perbandingan adukan 1 semen : 5 pasir dalam 1 m2<br />
<ul>
<li>11 kg semen</li>
<li>0,05 m3 pasir pasang</li>
<li>70 bh batu bata</li>
</ul>
Data diatas hanya sebagai contoh yang nilai koefisienya dapat
berbeda-beda sesuai standar perhitungan yang digunakan seperti SNI atau <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/analisa-harga-satuan/rencana-anggaran-biaya" rel="external" target="_parent" title="rab">RAB</a> rahasia masing-masing perusahaan.<br />
<br />
<strong>Cara menghitung kebutuhan pasir</strong><br />
Dari data analisa harga satuan diatas dapat kita ketahui bahwa untuk
melaksanakan pasangan batu bata seluas 1 m2 membutuhkan pasir sebanyak
0,05 m3<br />
Kebutuhan pasir = 0,05 m3/m2 x 18 m2 = 0,9 m3<br />
Jika kita hendak membeli ke toko bangunan dalam satuan truck
kapasitas 4 m3 maka dapat kita hitung jumlah pasir yang harus dibeli
yaitu 0,9 m3 : 4 m3 = 0,225 truck<br />
Jadi kebutuhan pasir adalah m3 atau truck 0,225 truck<br />
<br />
<strong>Cara menghitung kebutuhan semen</strong><br />
Pada Prinsipnya cara perhitungan sama dengan waktu mencari jumlah
pasir yaitu koefisien analisa harga satuan semen pada pasangan dinding
batu bata per m2 dikalikan volume luas dinding yang akan dipasang yaitu<br />
Kebutuhan semen = 11 kg/m2 x 18 m2 = 88 kg<br />
Jadi kebutuhan semen dalam satuan zak jika isi per kantong 50 kg maka dibutuhkan 88kg : 50kg = 1,76 zak.<br />
<br />
Begitulah kurang lebih cara menghitung kebutuhan pasir dan semen
menggunakan koefisien analisa harga satuan, begitu juga dengan kebutuhan
batu bata langsung dapat dicari dengan mengalikan 70 bh/m2 x 18 m2 =
1260 bh. cara lain yang banyak digunakan oleh pemborong yaitu
berdasarkan pengalaman dalam mengerjakan suatu pekerjaan, pengalaman
melaksanaan pekerjaan ini akan lebih tepat jika dijadikan sebagai
pedoman dalam membuat analisa harga satuan, analisa ini biasanya menjadi
rahasia masing-masing <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/manajemen/kontraktor" rel="external" target="_parent" title="kontraktor">kontraktor</a> dalam menentukan harga borongan sehingga bisa dikatakan sebagai kunci daya saing pemborong<br />
<br />
<br />
<br />
menghitung harga borongan upah tukang bangunan dapat didasarkan beberapa hal yang apabila dilihat dari sisi seorang tukang <a href="http://www.ilmusipil.com/" rel="external" target="_parent" title="adalah">adalah</a>
bagaimana harga tersebut dapat memberikan keuntungan dari sisa waktu
kerja dan apabila dilihat dari pemilik bangunan adalah bagaimana harga
borongan yang disepakati dengan tukang bangunan dengan nilai yang lebih
murah apabila dikerjakan secara harian atau bisa jadi seorang pemilik <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/rumah" rel="external" target="_parent" title="rumah">rumah</a>
tidak mempunyai banyak waktu untuk mengawasi proses pekerjaan tukang
bangunan serta kurangnya kepercayaan sehingga apabila dikerjakan sistem
tukang harian dikhawatirkan akan bekerja kurang maksimal. lalu bagaimana
cara menghitung harga borong upah pekerjaan bangunan.<br />
<br />
Dalam sebuah comment salah satu artikel ilmusipil.com yang berjudul cara menghitung volume <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/material-bangunan" rel="external" target="_parent" title="material">material</a> pasangan bata yang bisa dilihat <a href="http://www.ilmusipil.com/cara-menghitung-volume-material-pasangan-bata" target="_blank" title="cara penghitung pasangan batu bata">disini</a> ada yang menanyakan sebagai berikut <span style="color: red;">kenanx edwin : mas aq tukang batu.untuk harga borongan tenaga pasang bata ringan 30X60 +ngecor <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/struktur/beton-struktur" rel="external" target="_parent" title="kolom">kolom</a> praktis sama ring balok+plaster aci itu berapa? luasnya 20X3m..</span> sebuah pertanyaan singkat namun diperlukan perhitungan yang panjang untuk memberikan jawaban <img alt=":-)" class="wp-smiley" src="http://www.ilmusipil.com/wp-includes/images/smilies/icon_smile.gif" />
. dalam menghitung harga borongan upah yang langsung berhubungan
antara pemilik rumah dan tukang bangunan sebaiknya didasarkan pada
perkiraan kemampuan pribadi tukang dalam melaksanakan suatau pekerjaan
tersebut, misalnya dengan keahlian dan ketrampilan yang sudah ada serta
berapa jumlah teman yang diajak untuk mengerjakan borongan tersebut yang
sebelumnya dilihat-lihat bagaimana kemampuan teman tukang bangunan yang
akan diajak maka dapat diperkirakan waktu pelaksanaanya. meskipun jika
mau dihitung secara detail bisa menggunakan analisa harga satuan
bangunan untuk menentukan harga borongan namun nilai-nilai tersebut
merupakan rata-rata hasil penelitian yang akan lebih tepat apabila
dihitung berdasarkan pengalaman dan kemampuan pribadi <img alt=":-)" class="wp-smiley" src="http://www.ilmusipil.com/wp-includes/images/smilies/icon_smile.gif" /> <br />
<br />
Jadi intinya harga borongan upah adalah kemampuan tukang dalam
melaksanakan sebuah pekerjaan ditambahkan dengan keuntungan borongan
yang diharapkan, atau dapat dibuatkan sebuah rumus sederhana untuk
menghitung borongan upah sebagai berikut<br />
<strong>Harga upah borong = ( Waktu hari pelaksanaan x upah harian ) + Keuntungan yang diharapkan</strong><br />
<br />
Meskipun seorang tukang bangunan hanya bermodal tenaga namun
sebaiknya tetap memperhitungkan kemampuan pribadi dalam melaksanakan
borongan pekerjaan dengan mempertimbangkan segi kesehatan tubuh sehingga
dapat melaksanakan pekerjaan harian atau borongan bangunan selanjutnya,
dengan begini maka keuntungan borongan tidak hanya sekedar materi namun
terdapat nilai-nilai ibadah serta keberkahan hasil kerja yang dapat
membuat ketenangan serta kebahagiaan hidup. selamat bekerja bagi seluruh
tukang bangunan dimanapun berada, selalu semangat dalam membangun
setiap bata untuk mewujudkan rumah yang indah<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="clear: left; float: left; padding: 5px 5px 5px 5px;">
</div>
menghitung kebutuhan genteng untuk membangun sebuah <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/rumah" rel="external" target="_parent" title="rumah">rumah</a>
biasanya dihitung per meter persegi, dalam menghitung kita hanya
mencari luas atap genteng tersebut, baik menggunakan cara menual dengan
menghitung dengan jari tangan , pencet – pencet kalkulator maupun dengan
bantuan software autocad. <img alt=":-)" class="wp-smiley" src="http://www.ilmusipil.com/wp-includes/images/smilies/icon_smile.gif" /> <br />
dalam menghitung kebutuhan genteng secara manual, saat melihat <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/arsitektur" rel="external" target="_parent" title="gambar">gambar</a> atau membayangkan bentuk atap , biasanya terdapat<br />
kesulitan yang ditemui pada saat menghitung luas atap, justru terletak pada penentuan lebar atap.<br />
<strong>kenapa kesulitan terletak pada penentuan lebar atap?
sebelumnya kita lihat sebuah gambar atap yang akan kita hitung salah
satu luas sisinya:</strong><br />
dari gambar atap tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa perhitungan
luas atap nantinya menggunakan beberapa rumus matematika yaitu:<br />
<ul>
<li>segitiga = ( alas x tinggi ) / 2</li>
<li>Jajaran genjang = panjang x lebar</li>
<li>trapesium= ( jumlah sisi sejajar /2 ) x tinggi</li>
<li>persegi = panjang x lebar ( pada gambar diatas tidak ada )</li>
</ul>
nah… dari rumus matematika tersebut kita memerlukan beberapa <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/ilmu-ukur-tanah" rel="external" target="_parent" title="ukur">ukur</a>an panjang atau lebar yang belum tentu tertera pada gambar, contohnya pada garis A pada gambar diatas.<br />
<strong>Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui lebar atap yang tidak tertulis dalam nota gambar. ada beberapa cara</strong><br />
1. sosial enginering yaitu dengan menanyakan ukuranya kepada yang
bikin gambar, nah bagaimana kalau yang bikin gambar tidak mungkin untuk
kita temui, kita coba cara lainya:<br />
2. dengan menggambar sketsa ulang atap tersebut dengan skala yang
benar, sehingga diketahui berapa ukuran lebar atap, hal ini tentunya
membutuhkan pengetahuan teknik menggambar, bagaimana jika tidak bisa.
tenang saja banyak jalan menuju rumah pacar, eh.. <img alt=":-)" class="wp-smiley" src="http://www.ilmusipil.com/wp-includes/images/smilies/icon_smile.gif" /> cara menghitungnya…<br />
3. kita gunakan rumus sinus , cosinus, tangen<br />
misalnya kita akan menghitung bidang (B) pada gambar atap diatas yang
berbentung jajaran genjang dengan panjang yang sudah diketahui yaitu 2 m
, dan lebarnya yang perlu kita cari<br />
panjang A berapa ?<br />
Kita lihat dahulu bentuk segitiga yang mempengaruhi garis A tersebut<br />
panjang garis atap ? <a href="http://www.ilmusipil.com/" rel="external" target="_parent" title="adalah">adalah</a><br />
cos 45 derajat = 3 m / garis atap yang dicari<br />
garis atap yang dicari = 3 m / cos 45 derajat<br />
garis atap yang dicari = 3 m / 0,70711<br />
garis atap yang dicari = 4,243 m<br />
berikutnya kita bayangkan segitiga lagi untuk menghitung garis A<br />
Karena kita gak mengetahui sudutnya maka kita gunakan rumus<br />
AÂ = akar ( 4,243 kuadrat ditambah 2, 101 kuadrat )<br />
A = akar ( 18,003 + 4,414 )<br />
A = akar 22,417<br />
A = 4,735 m<br />
Nah.. panjang garis atap A sudah didapat sepanjang = 4,735 m<br />
maka luas atap pada bentuk jajaran genjang tersebut adalah<br />
2 m x4,735 m = 9,47 m persegi<br />
untuk mengetahui jumlah genteng yang diperlukan kita tinggal membegi
9,47 dengan jumlah kebutuhan genteng per 1 m persegi sesuai ukuran
genteng yang akan dipakai.<br />
untuk sisi atap lainya tinggal kita hitung pakai rumus trapesium atau
segitiga, atau jika ingin menghitung pakai software autocad bisa
dilihat pada artikel <a href="http://www.ilmusipil.com/mengitung-volume-pekerjaan-dengan-autocad/" target="_blank">cara menghitung volume pekerjaan dengan autocad</a><br />
dan bagi yang punya tips dan trik menghitung volume atap genteng lainya bisa dimasukan melalui <a href="http://www.ilmusipil.com/sipil/struktur/beton-struktur" rel="external" target="_parent" title="kolom">kolom</a> dibawahAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/17150981967737715369noreply@blogger.com2